Hari ini hujan begitu lebat, angin kencang bertiup menggerakkan pohon pohon besar di jalan, petir pun saling bersaut sauttan menyambar jalanan hari ini.
Langit begitu gelap padahal jam masih menunjukkan pukul 4 sore, banyak orang didaerah itu memilih untuk diam di rumah bersama keluarga mereka, namun tak sedikit orang yang menerobos hujan itu karena harus bekerja atau pun ada keperluan lain, entahlah……… aku hanya berpesan hati hati di jalan karena masih banyak orang yang menunggu mu di rumah tidak seperti aku
“Maafkan ibu karena ibu tak mampu merawat mu. Namun kau akan aman berada disini” kata seorang wanita setengah bawa meletakkan keranjang yang berisi bayi mungil mungkin umurnya baru 3 minggu. Dia menaruh bayi itu dan kemudian ditinggalkannya sambil meneteskan air mata
Ya… wanita itu meninggalkan seorang bayi yang tak berdosa di depan sebuah panti asuhan
“Astaga, hati siapakah yang tega meninggalkan seorang bayi yang lucu ini disini, dalam hujan lebat dan petir yang menyambar nyambar” kata seorang yang melihat keranjang bayi saat ia membuka pintu panti tersebut. Wanita itu kurang lebih berumur 30 tahun di wajahnya tersirat ketulusan hati dan rasa iba yang besar terhadap bayi ini
“Hai nak jangan takut, aku akan menjaga mu, dan menganggap mu seperti anak ku sendiri” kata wanita itu lalu mengambil bayi itu dan membawanya masuk.
Pintu pun tertutup kembali. Dari kejauhan terlihat sosok wanita yang sedang mengintip dari balik tembok sebuah pertokoan “terima kasih kau telah mau dan sudi merawat bayi ku” kata wanita itu. Wanita yang tega meninggalkan darah dagingnya sendiri di depan sebuah panti asuhan yang kecil. Lalu dia pun menghilang dalam hujan
Hari pun berganti hari dan tahun pun berganti seiring dengan bergantinya musim, bayi yang lucu tadi pun sudah bertumbuh menjadi seorang anak berumur 5 tahun.
AMORA.
Ia aku bernama Amora nama yang diberikan oleh Ibu Amira, ibu panti yang mengasuh ku dari dia bayi. Amira merawat ku, dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih yang begitu tulus.
Saat berusia 15 tahun Amira memberikan sebuah liontin yang katanya berasal dari dalam keranjang tempat aku di baringkan oleh ibu kandung ku, tidak ada foto atau nama tercantum hanya sebuah batu berwarna pink yang menjadi matanya.
Aku pun memakainya dan tak pernah melepasnya sampai aku berusia 17 tahun dan datangalah seorang pria yang kurang lebih berusia 49 tahun perawakannya tinggi dan tampak begitu gagah.
Dia datang ke panti asuhan tempat ku tinggal dan mengaku sebagai ayah ku, awalnya aku kaget dan tak percaya ada rasa marah dan benci di hati ku, kenapa ayah baru datang di saat aku sudah sebesar ini? Dimanakah dia dulu?
Perlahan namun pasti Bu Amira membujuk ku dan menasehati ku serta menjelas kana pa yang terjadi waktu itu dari informasi yang didapan dari ayah ku.
Ternyata dulu ayah tidak tau kalau ibu hamil karena ayah dan ibu sudah bercerai waktu aku dalam kandungan dan ibu memutuskan untuk meninggalkan ayah, karena ayah masih cinta pada ibu, ayah mencari dimana keberadaan ibu hingga bertahun tahun tak bertemu hingga beberapa bulan yang lalu ayah mendapat berita dari detektif yang di sewanya bahwa ayah memiliki anak yaitu aku.
Aku pun tak kuasa menangis sekarang aku disini di makam ibuku, ternyata seteleah ibu meninggalkan ku dan hendak pergi dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang melaju kencang dan menabrak ibu sang penabrak pun kabur dan ibu oun meninggal di tempat kejadian.
“Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” teriak ku sekeras mungkin memanggil nama ibu ku yang belum sempat aku lihat wajahnya
“Mata mu dan bibir mu sama persis dengan ibu mu, bangun lah anak ku, kemarilah dan peluklah ayah” kata seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari ku.
Aku segera berdiri dan berlari menghampiri ayah ku. yah…. Memang benar dia ayah ku “Jangan tinggalkan aku ayah” kata ku lirih sambil menangis dan tenggelam dalam pelukan hangat seorang ayah, pelukan yang tak pernah aku rasakan begitu hangat setelah 17 tahun berlalu.
“Tak akan, tak akan pernah aku meninggalkan mu anak ku, kau adalah permata hati yang hilang dan sekarang kau telah ada bersama ku” kata ayah memeluk ku lebih erat.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar